
TAUSHIYAH PENGASUH PESANTREN DARUSSALAM-CIAMIS
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ).
“Apabila seorang hamba melakukan satu dosa, maka ditambahkan di dalam hatinya satu noda hitam. Jika ia meninggalkan dosa, dia minta ampun dan bertaubat, maka dibersihkanlah hatinya. Jika ia mengulang lagi dosanya, maka ditambahkan lagi noda hitam tersebut, sempai menutupi hatinya. Itu yang dinamakan “ar-Raan” sebagaimana firman Allah: ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’."
Dalam tafsir QS Al-Muthafifin: 14, Allah SWT membantah tuduhan orang-orang kafir Mekah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu dongengan orang dahulu. Sama sekali bukan demikian. Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Kebiasaan mereka berbuat dosa telah menyebabkan hati mereka jadi keras, gelap, dan tertutup laksana logam yang berkarat. Oleh karena itu, mereka tidak dapat membedakan antara dusta yang berat dengan kebenaran yang terang benderang. Hati yang demikian hanya bisa dibersihkan dengan tobat yang sempurna.
Oleh karena itu, seseorang apabila melakukan kemaksiatan, segeralah bertaubat agar titik hitam dihapus oleh Allah SWT dan tidak sampai membesar sampai membuatnya lalai akan kebenaran yang ada. Surat Al Muthaffifin mengajarkan kepada seluruh manusia untuk bersegera dalam bertaubat, sebab tiada manusia yang luput dari kesalahan dan dosa. Pada akhirnya kesalahan telah diperbuat tidak sampai membutakannya melupakan akan kebenaran yang ada. Sehingga tidak termasuk orang-orang zalim.
Note:
Tulisan ini di ambil dari Tausiyah Online Bapak Pengasuh dengan penambahan penjelasan yang relevan dengan isi tausiyah.